ACARA 4
INTERPOLASI
TITIK KONTUR
DAN
MENGHITUNG KEMIRINGAN LERENG
I.
Tujuan
Setelah
melakukan praktikum acara ini, diharapkan:
a. Mahasiswa
memiliki pengetahuan tentang interpolasi titik kontur dan kemiringan lereng
b. Mahasiswa
dapat mengetahui cara menginterpolasi titik kontur
c. Mahasiswa
mampu menghitung nilai miringnya lereng melalui titik kontur
II.
Alat
dan Bahan
a. Peta
RBI
b. Kertas
ganbar
c. Alat
tulis menulis
III.
Prosedur
kerja
a) Menyiapkan
peta RBI atau peta Tematik
b) Dengan
memanfaatkan garis kontur, menginterpoasi titik kontur
c) Menghitung
nilai interpolasi titik kontur dari langkah b) diatas
d) Dengan
memanfaatkan garis kontur, memilih salah satu area kontur untuk dihitung nilai
kemiringan lerengnya
e) Menghitung
nilai kemiringan lereng dengan memanfaatkan komponen peta
IV.
Kajian
teori
1.
Kontur
Kontur adalah garis khayal yang
menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama. Kontur ini dapat
memberikan informasi relief, baik secar relative maupun absolute. Innformasi
relief secara relative ini diperlihatkan dengan mengggambarkan garis-garis
kontur secara rapat untuk daerah terjal, sedangkan untuk daerah yang landai
dapat diperlihatkan dengan menggambarkan garis-garis tersebut secara renggangg.
Adapun
rumus untuk menentukan interval kontur pada suatu peta topografi adalah:
Adapun sifat dari garis kontur adalah sebagai berikut :
1. Garis-garis kontur saling melingkari satu sama
lain dan tidak akan saling berpotongan.
2. Pada daerah yang curam garis kontur lebih rapat
dan pada daerah yang landai lebih jarang.
3. Pada daerah yang sangat curam, garis-garis
kontur membentuk satu garis.
4. Garis kontur pada curah yang sempit membentuk
huruf V yang menghadap ke bagian yang lebih rendah.
5. Garis kontur pada punggung bukit yang tajam
membentuk huruf V yang menghadap ke bagian yang lebih tinggi.
6. Garis kontur pada suatu punggung bukit yang
membentuk sudut 90° dengan kemiringan maksimumnya, akan membentuk huruf U
menghadap ke bagian yang lebih tinggi.
7. Garis kontur pada bukit atau cekungan membentuk
garis-garis kontur yang menutup-melingkar.
8. Garis kontur harus menutup pada dirinya
sendiri.
Informasi
relief secara absolute diperlihatkan dengan cara menuliskan nilai kontur yang
merupakan ketinggian garis tersebut di atas suatu bidang acuan tertentu. Bidang
acuan yang umum digunakan adalah bidang permukaan laut rata-rata. Interval
kontur sangat bergantung kepada skala peta juga pada relief daerah permukaan
(Sune Nawir, 2011: 15-16).
Kebutuhan atas peta, baik untuk pembangunan,
perjalanan, kesenangan maupun aksesori sudah making meningkat seiring dengan
perkembangan kemajuan teknologi serta keinginan manuasia untuk menjelajah dan
melakukan perjalanan dalam mencari informasi maupun menambah kekayaan informasi
diluar habitat yang ditempati. Kita ketahui
banyak macam peta yang ada seperti peta rupa bumi, peta tematik peta citra dan
lain sebagainya yang pada intinya menyajikan
informasi perihal lokasi, penjelasan dan asosiasi atas lokasi tersebut
yang meliputi hal-hal sebagai berikut: Gambaran perihal liputan lahan maupun
fungsi dari liputan lalannya yang berupa
liputan tumbuhan (hutan, belukar, padang rumput dsb.), liputan unsur air (laut,
danau, rawa, sungai dsb.), liputan mengenai semua yang berhubungan dengan
segala sesuatu buatan manusia (kota, bangunan, jalan dsb.) serta tambahan
informasi yang diperlukan untuk memperjelas penyajian peta tersebut yang berupa
keterangan nama, simbol-simbol, garis ketinggian serta hal-hal yang dianggap perlu
untuk di tampilkan diatas peta yang dibuat.
Informasi ketinggian ataupun kelas lereng lahan saat
ini hanya dibuat berdasarkan garis kontur yang terdapat pada peta rupabumi
produksi Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL). Sebagaimana diketahui bahwa garis kontur yang terdapat pada peta rupa bumi produksi
BAKOSURTANAL tersebut merupakan hasil interpolasi dari titik-titik ketinggian
hasil pengukuran lapangan. Keterbatasan dalam penjelajahan lapangan untuk
pengukuran titik ketinggian tersebut menyebabkan hasil pengukurannya juga hanya
terbatas pada wilayah yang mudah untuk dijangkau saja, sedangkan wilayah yang sulit dijangkau akan diekstrapolasi. Hal ini menyebabkan
tingkat ketelitiannya juga akan terbatas. Di tempat yang mudah dijangkau
ketelitiannya akan cukup baik sementara daerah yang sulit dijangkau
ketelitiannya akan rendah.
Dengan memahami bentuk-bentuk tampilan garis kontur
pada peta, maka dapat diketahui bentuk ketinggian permukaan tanah, yang
selanjutnya dengan bantuan pengetahuan lainnya bisa diinterpretasikan pula
informasi tentang bumi lainnya.
Dari uraian di atas maka menurut
saya Interval kontur adalah jarak tegak
antara dua garis kontur yang berdekatan. Jadi juga merupakan jarak antara dua
bidang mendatar yang berdekatan. Pada suatu peta topografi interval kontur
dibuat sama, berbanding terbalik dengan skala peta. Semakin besar skala peta,
jadi semakin banyak informasi yang tersajikan, interval kontur semakin kecil.
Indeks kontur adalah garis kontur yang penyajiannya ditonjolkan setiap
kelipatan interval kontur tertentu; mis. Setiap 10 m atau yang lainnya.
2.
Interopasi
Titik Kontur
Kemiringan
lereng
Lereng
adalah kenampakan permukaan alam disebabkan adanya beda tinggi apabila beda
tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan jarak lurus mendatar sehingga
akann diperoleh besarnya kelerengan (clope).
Bentuk lereng tergantung pada proses erosi juga gerakan
tanah dan pelapukan. Lereng merupakan parameter topografi yang terbagi dalam
dua bagian yaitu kemiringan lereng dan beda tinggi relief, dimana kedua bagian
tersebut besar pengaruhnya terhadap penilaian suatu bidang kritis. Bila dimana
suatu lahan yang lahan dapat merusak lahan secara fisik, kimia dan biologi
sehingga akan membahayakan hidroloi produksi pertanian dan pemukiman.
Dalam mengukur
kemiringan lereng dapat dilakukan dengan cara:
-
Metode blog (1972)
-
Metode wentworth
-
Metode lingkaran
-
Mengggunakan kompas
geologi
Kelas kemiringan lereng
antara lain:
-
Kelas I = < 80%
-
Kelas II = 8 – 15%
-
Kelas III = > 15 –
25%
-
Kelas IV = > 25 –
45%
-
Kelas V = > 45%
(Sune
Nawir, 2011: 16-17)
V.
Hasil dan Pembahasan
5,1
Hasil
5,2
Pembahasan
Pada
praktikum acara IV ini, dibahas mengenai bagaimana cara pembuatan profil
permukaan bumi menggunakan peta RBI untuk mengetahui bentuk topografi pada peta
RBI tersebut. Sebelum membuat profil peta, ada beberapa langkah yang harus
dilakukan, yaitu sebagai berikut :
1. Menyiapkan
peta RBI atau peta Tematik
Langkah
awal yang kami lakukan sebagai praktikan yaitu terlebih dahulu menyiapkan peta
RBI atau peta tematik yang akan di amati, pada langkah ini kami mengamati peta
daerah Kecamatan Limboto, kabupaten Gorontalo untuk melakukan interpolasi titik
kontur.
2. Menginterpolasi
titik kontur dan menentukan interval kontur
Dengan memanfaatkan garis kontur, pada
tahap ini kami melakukan interpolasi titik kontur. Pada interpolasi titik
kontur ini kami interpolasi titik konturnya adalah ketinggian 500 cm. sehingga kontur
yang kami dapatkan memiliki interval masing-masing 25 cm dengan skala 1: 50.000
dari ketinggian 500
cm sampai ketinggian 300cm
yang mana kontur ini memiliki lima garis kontur.
Untuk menghitung interval kontur (Ci)
dapat menggunakan rumus Ci = 1 / 2000 x Penyebut skala (Ps). Sehingga dapat di
ketahui interval kontur ini dengan memasukan rumus tersebut terhadap data yang
di peroleh dari peta RBI tersebut yaitu daerah Kecamatan Limboto yang berskala
1: 50.000 adalah 25 cm.
Nilai
jarak A ke B adalah 2,5 cm, jarak A ke C adalah 1,1 cm, jarak C ke B 1,4 cm. Sesuai dengan hasil perhitungan dan
pengukuran diketahui interval kontur adalah 25 cm. Sedangkan ttik ketinggian terbesar pada kontur adalah 500 cm dan yang terendah adalah 300 c m. dalam menghitung jarak kami menggunakan rumus interpolasi
yaitu jarak C ke B / jarak A ke B x Ci, setelah diperhitungkan mendapatkan
hasil 15 cm.
Untuk menghitung nilai C kami menggunakan
rumus C= B + i, dimana B adalah titik terendah dari kontur dan i adalah interpolasi.
Jadi 300 + 15 dan mendapatkan hasil 315 Mdpl.
3.
Menghitung kemiringan lereng
Dalam menghitung kemiringan
lereng kami melakukan beberapa tahap, yaitu:
a.
Menentukan jarak di
peta A ke B, dimana jarak di peta A ke B sudah diketahui yaitu 2,5 cm.
b.
Menentukan penyebut
skala, dimana skala peta yang kami amati adalah 1 : 50,000 dan penyebutnya
adalah 50,000. Dalam perhitungan ini kami menggunakan rumus L = PxS, dimana P
adalah jarak di peta dan S adalah skala. Jadi 2,5 x 50,000. Jadi hasil yang
kami dapatkan adalah 125,000 cm atau 1,250 Mdpl.
c.
Menentukan beda
tinggi A ke B. Dalam perhitungan ini kami menggunakan rumus yaitu tinggi kontur
dikurangi rendah kontur atau A – B. Jadi 500 – 300 = 200 Mdpl.
d.
Menghitung
kemiringan lereng, dalam perhitungan ini kami menggunakan rumus beda tinggi /
jarak lapangan x 100%. Jadi 200/ 1,250 x 100% dan hasilnya 16% dan termasuk
peda kelas interval yang ke III.
Pada praktikum kali ini kami mendapatkan banyak kesulitan
dalam mengilah hasil, karena dalam praktikum kali ini kami hanya menghitung
peta kontur dan dalam menghitung kami sangat teliti karena, apabila terjadi
kesalahan dalam menggunakan rumus atau menentukan hasil dari awal, hasil
akhirnya pasti salah. Maka dari itu kami sangat teliti dalam mengolah hasil.
VI.
Kesimpulan dan saran
6.1 Kesimpulan
Dari
pembahasan dan hasil pengamatan di atas dapat di simpulkan bahawa, semakin
besar nilai suatu titik kontur antara satu sama lain, maka akan semakin besar
pula interval atau interpolasi kontur suatu tempat tersebut. Dengan mengetahui
nilai suatu tempat dari tempat A – B maka akan di ketahui pula beda tinggi
antara kedua tempat tersebut.
6.2 Saran
Dalam
menentukan titik interpolasi kontur dan kemiringan lereng, seharusnya di
ketahui terlebih dahulu nilai interpolasi dari kontur tersebut, sehingga
kemiringan dari suatu lereng tersebut dapat di tentukan, dan beda tinggi antara
tempat yang di hitung dapat dengan mudah di ketahui.
Daftar pustaka
Kasmat, 2011. http://1d.shvoong.com/society-and-news/environment/2173206-kemiringan-lereng/ Di akses tanggal 8 november 2012.
Ormeling, Farjan dan Kraak, Menno-Jan. 2002. Kartografi Visualisasi Data Geospasial Edisi Kedua. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press. Di akses tanggal 8
november 2012
Sune, Nawir. 2011. Modul Praktikum Kartografi. Gorontalo.
UNG
kita juga punya nih artikel mengenai 'Interpolasi', silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
BalasHapushttp://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/3260/1/Kommit2004_kecerdasan_004.pdf
trimakasih
semoga bermanfaat